Jumat, 07 Desember 2012

Karya Anak Bangsa


Komunikasi Noverbal
Pada awal abad ke-20, seekor kuda jerman bernama Hans yang dimiliki seorang guru sekolah dilatih perhitungan sederhana, misalnya menghitung benda-benda yang diperlihatkan kepadanya di hadapan khalayak. Hasil perhitungan ditunjukkannya dengan menggaruk tanah. Hans belajar penambahan, perkalian, pengurangan dan pembagian. Ia pun bahkan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pecahan. Di hadapan khalayak penonton, Hans dapat memberikan jawaban yang benar mengenai jumlah penonton, menghitung sejumlah benda, dan memberitahukan tanggal berapa pun yang ditanyakan kepadanya. Hans ternyata ‘’cerdas,’’ padahal ia tidak menguasai bahasa verbal. Ia hanya memberikan jawaban yang benar atas suatu pernyataan sejauh memberikan jawabannya dan sejauh berada di dekat manusia. Apa rahasianya? Ternyata semua penanya, khususnya pemiliknya yang menuunjukkan kapan ia harus berhenti menggaruk tanah. Tubuh penanya itu akan lebih santai, wajahnya tampak lega dan membuat sedikit gerakan kepala yang merupakan tanda bagi Hans untuk berhenti menggerakkan kakinya.

Bentuk awal komunikasi ini mendahului evolusi bagian otak (neocortex) yang berperan dalam penciptaan dan pengembangan bahasa manusia. Jadi komunikasi noverbal lebih tua dari komunikasi verbal. Kita lebih awal melakukannya, karena usia kira-kira 18 bulan, kita secara total bergantung pada komunikasi nocerbal seperti sentuhan,senyuman, pandangan mata,dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan noverbalnya. Orang yang terampil membaca pesan noverbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif.
            Kita mempersepsi manusia tidak hany lewat bahasa verbal-nya: bagaimana bahasanya (halus,kasar,intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebainya), namun juga melalui perilaku noverbalnya. Pentingnya pesan noverbal ini misalnya dilukiskan frase, ‘’bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya. ‘’3 Lewat perilaku noverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku noverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Menurut Knapp dan Hall,4 isyarat noverbal, sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang tunggal.

            Secara sederhana, pesan noverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi noverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan noverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dalam bahasa tanda amerika untuk kaum tuna rungu gerakan tangan yang digunakan sebenarnya bersifat linguistik (verbal). Dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan rangsangan nonverbal itu hampir selalu berlangsung bersama-sama dalam kombinasi. Kedua jenis rangsangan itu di interfrestasikan bersama-sama oleh penerima pesan. Misalnya ketika anda mengatakan tidak tanpa anda sadari anda juga menggelengkan kepala pada saat yang sama anda tidak mengatakan tidak terlebih dahulu lalu menggelengkan kepala sesudahnya. Mark L. Knapp:
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal in ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal tidak subgguh-sungguh bersifat nonverbal.
Paul Ekman menyebutkan 5 fungsi pesanan verbal,seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :
·           Emblen Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesataraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan ‘’dan saya tidak sungguh-sungguh.
·           Ilustrator  pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
·           Regulator  kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidak sediaan komunikasi.
·           Penyesuai kedipan mata yang cepata meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
·           Affect Display pembesaran manik mata (Pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
  • Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya anda mengganggukkan kepala ketika anda mengatakan ‘’iya’’atau menggelengkan kepala ketika mengatakan ‘’tidak’’ atau menunjukkann arah (dengan telunjuk) kemana seseorang harus pergi untuk menemukan wc.
  • Memperteguh,menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya anda melambaikan tangan seraya mengucapkan ‘’selamat jalan’’sampai jumpa lagi,iya’’ atau ‘’bye bye’’ atau anda menggunakan gerakan tangan, nada suara yang meninggi, atau suara yang lambat ketika anda berpidato di hadapan khalayak. Isyarat nonverbal demikian itulah yang disebut affect display.
  • Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri, misalnya anda menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan mengarah kedepan (sebagai pengganti kata’’tidak’’) ketika seorang pengamen mendatangi mobil anda atau anda menunjukkan letak ruang dekan dengan jari tangan, tanpa mengucapkan sepatah katapun, kepada seorang mahasiswa baru yang bertanya, ‘’ dimana ruang dekan, pak?’’ juga ekpresi wajah dapat menggantikan ‘’hari yang buruk’’ isyarat noverbal yang menggantikan kata atau prase inilah yang disebut emblem.
  • Perilaku noverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai mahasiswa mengenakkan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat jam tangan anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya.
  • Peilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya, seorang mengatakan, ‘’bagus! Bagus !’’ ketika dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau menonton televisi,atau seorang dosen melihat jam tangan dua tiga kali, padahal tadi ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan anda sebagai mahasiswanya.
Perilaku nonverbal kita terima sebagai suatu paket siap pakai dari lingkungan sosial kita,khususnya orang tua kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu  untuk mengatakan hal lain. Sebagaimana lambang verbal,asal usul isyarat nonverbal sulit dilacak,meskipun ada kala nya kita memperoleh imformasi terbatas mengenai hal itu, berdasarkan kepercayaan agama, sejarah, atau cerita rakyat (folklore). Bial seseorang bertanya, mengapa umumnya bangsa barat berjabatan tangan ketika bertemu, ia mungkin diberi jawaban mengenai zaman ketika orang menggunakan pedang dan bagaimana orang mengulurkan tangan kanan kosong (tidak memegang pedang) kepada kamu untuk menunjukkan keramahan.
Bahasa Tubuh
Bidang yang menalaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Bridwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan , kepala,kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karna kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergearak. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal meulis bahwa tabiat kita adalah bergerak istirahat sempurna adalah kematian.
            Penggunaan isyarat tangan dan makna nya jelas berlainan budaya dari budaya kebudaya. Meskipun dibeberapa negara, telunjuk digunakan untuk menunjukkan sesuatu, hal itu tidak sopan di indonesia, seperti juga di banyak negri di timur tengah dan timur jauh. Tentu saja ada kekecualian. Orang batak,seperti orang amerika,biasa menunjuk dengan telunjuk tanpa bermaksud kasar pada orang yang dihadapinya. Begitu juga orang betawi, yang tidak jarang menunjuk dengan memonyongkan mulut, sambil berucap,’’kesonono’’ beberapa suku afrika yang menunjuk dengan mencibirkan bibir bahwa menganggap cara menunjuk amerika sebagai kasar.
            Di Amerika, iyarat untuk ‘’beres,’’ ‘’oke,’’ atau ‘’bagus’’ adalah suatu lingkaran yang dibentuk oleh ibu jari dan telunjuk dengan ketiga jari lainnya berdiri; begitu juga di Jerman. Di Prancis Utara isyarat itu sama seperti di Amerika, sedangkan di Prancis Selatan berarti ‘’tidak ada’’ atau ‘’nol.’’45 Di Paris isyarat ‘’OK’’ala Amerika itu berarti ‘’Kamu tidak berharga’’ dan di Yunani itu berarti ajakan seksual yang tidak sopan, kutukan di beberapa di negara Arab, sedankan di jepang, korea, dan Filipina isyarat yang sama berarti ‘’uang.’’ Di brasil, isyarat itu kurang ajar dan menghina.46 Di Kolombia, Amerika Latin, sebagaiman di Meksiko, isyarat itu juga akan direnpons secara tidak ramah oleh penduduk setemapat, sebagaimana orang Amerika bereaksi tidak ramah terhadap orang Rusia yang mengaplus dirinya sendiri dengan bertepuk tangan atau memukul-mukul meja denga sepatunya.47 Tetapi bagi orang Tunisia isyarat itu berarti ‘’Saya akan bunuh kamu.’’ Di Rusia isyarat yang bemakna OK adalah mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan saling dipertemukan seperti dampak pada figur 7.5.
Gerakan Kepala
Pada beberapa negara, anggukan kepala malah berarti ‘’tidak,’’ seperti di Bulgaria, sementara isyarat untuk ‘’ya’’ di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang  inggris, seperti orang Indonesia, mengganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar, dan tidak berarti menyetujui.
Di Yunani, orang mengatakan ‘’tidak’’ dengan menyentakkan kepalanya kebelakang dan menedahkan wajahnya,53 begitu juga di Timur Tengah, sementar di Ethiopia ‘’ya’’ dengan melemparkan kepalanya kebelakang. Sebagian orang Arab dan Italia mengatakan ‘’tidak’’dengan mengangkat dagu, yang bagi orang Maori di Selandia Baru berarti ‘’ya.’’ Di beberapa wilayah di India dan Ceylon, ‘’ya’’ dapat di komunikasikan dengan melemparkan kepala ke belakang dan memutar leher sedikit, dengan menyentakkan kepala ke bawah-kanan, atau memutar kepala secara cepat dalam suatu gerakan melingkar.

Postur Tubuh dan Posisi Kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau duduk lebih tinggi dari pada (kaki) raja atau kaisar nya. Mereka harus berlutut atau bahkan bersujud untuk menyembahnya. Dalam flim Anna And The King di lukiskan bagaimana Anna (yang akan menjadi guru anak-anak raja di kerajaan siam) di tegur oleh petinggi kerajaan ketika ia menghadap raja dan melakukan penghormatan ala inggris dengan membungkukkan badannya, tetapi tetap di anggap kurang hormat karena tubuh wanita inggris itu masih lebih tinggi dari (kaki) raja.
Penganut Shinto di Jepang berlutut di depan Altar di luar rumah sebelum meraka membuat sajian dan berdoa. Paus Yohanes Paulus II yang memimpin umat katolig sedunia lazim bersujud mencium bumi begitu ia turun dari pesawat dalam lawatan Internasional nya. Orang islam secara rutin menampilkan perilaku serupa,sebagai bagian dari Shalat mereka, namun sering didalam ruangan dari pada di luar ruangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar